.jpeg)
Virus Corona adalah virus yang menyerang pada sistem pernapasan. Penyakit karena infeksi virus ini disebut dengan COVID-19. Secara umum ada 3 gejala yang bisa menandakan seseorang terinfeksi virus Corona, yaitu: Demam (suhu tubuh di atas 38 derajat Celcius), Batuk, Sesak napas. Virus ini menular dengan cepat dan telah menyebar ke beberapa negara, termasuk saat ini negara Indonesia.
Virus Corona memberikan dampak yang cukup luas terhadap kegiatan yang dilakukan masyarakat, salah satunya adalah dampak dalam kegiatan perekonomian. Kegiatan perekonomian adalah segala aktivitas yang dilakukan oleh manusia dalam upaya pemenuhan kebutuhan hidupnya.
Dampak wabah virus Corona (Covid-19) tidak hanya merugikan sisi kesehatan. Virus yang bermula dari Kota Wuhan, Tiongkok, ini bahkan turut mempengaruhi perekonomian negara-negara di seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia. Ekonomi global dipastikan melambat, menyusul penetapan dari WHO yang menyebutkan wabah Corona sebagai pandemi yang mempengaruhi dunia usaha.
Di Indonesia, pemerintah mencoba melakukan berbagai upaya untuk menekan dampak virus Corona terhadap industri.
Beberapa stimulus ekonomi diluncurkan, bahkan Presiden Joko Widodo meminta seluruh pihak untuk melakukan social distancing termasuk Work From Home (WFH) dan beberapa Kepala Daerah memutuskan untuk meliburkan kegiatan belajar mengajar.
Berikut adalah dampak dari pandemi covid-19 terhadap perekonomian Indonesia:
Dampak dari anjuran physical distancing dan instruksi untuk di rumah saja adalah penurunan jumlah turis dan penerbangan dari dan ke luar negeri. Penerbangan dalam negeri banyak yang dibatalkan. Bandara sepi, hotel dan restoran pun tidak mendapat pengunjung. Masih melansir dari Liputan 6, penerbangan di lima belas bandara di Indonesia sudah banyak yang dibatalkan. Angka turis terus menurun, dan kerugian yang ditimbulkan mencapai ratusan miliar.
Sementara itu, sektor perhotelan dan restoran juga merasakan dampak langsung dari adanya wabah corona. Jumlah tamu hotel menurun drastis, bahkan tamu dari dalam negeri. Restoran pun banyak yang memilih untuk tutup karena penjualan menurun. Beberapa ada yang buka dan hanya melayani delivery atau take away order. Setidaknya, dua sektor ini sudah mengalami 50% penurunan okupansi.
Sama halnya dengan sektor pariwisata, dampak corona terhadap perekonomian juga dirasakan sektor manufaktur. Kalau biasanya manufaktur menggenjot industri menjelang Ramadan karena corona, manufaktur malah harus menurunkan produksi. Impor bahan baku untuk proses produksi juga tersendat karena banyak pengiriman yang dibatalkan.
Hasilnya, banyak karyawan harian yang diliburkan. Beberapa ada yang diminta untuk libur bergantian. Paling parah, ada yang dirumahkan sepenuhnya dengan separuh pesangon atau tanpa pesangon sama sekali. Karyawan ini pun pada akhirnya harus mencari pekerjaan lain untuk tetap bertahan hidup.
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) juga jadi salah satu yang merasakan dampak corona terhadap perekonomian. Mereka mengaku kehilangan pelanggan, hingga mencapai 50% lebih, yang diakibatkan oleh adanya anjuran physical distancing dan di rumah saja. Hal ini menyebabkan penjualan menurun karena tidak ada masyarakat yang ke luar rumah untuk berbelanja.
Ujungnya, UMKM mengalami kesulitan membayar biaya produksi dan operasional secara keseluruhan. Mereka kesusahan memberikan gaji pegawai dan juga THR menjelang hari raya Idulfitri. Banyak yang merugi karena keuntungan tidak menutup biaya produksi. Akhirnya, beberapa ada yang memutuskan untuk mengurangi produksi dan juga mengurangi jumlah pegawai.
Imbas dari virus corona yang menjadi pandemi bagi seluruh negara di dunia, sangat terlihat pula di sektor pasar saham. Beberapa kali Bursa Efek Indonesia (BEI) harus melakukan trading halt atau pembekuan sementara perdagangan, disebabkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang anjlok sampai 5%. Pada bulan Maret saja, BEI sudah melakukan trading halt sebanyak lima kali.
Meski sempat kembali menguat di awal April, sayangnya IHSG kembali menurun beberapa hari setelahnya. Diperkirakan, fluktuasi ini akan terus terjadi sampai wabah virus corona berakhir. Investor disarankan untuk terus memantau portofolio dan pergerakan pasar agar investasi tidak menimbulkan risiko yang besar. Untuk sementara waktu, fokus pada menekan risiko dan bukan meningkatkan keuntungan.
-Industri garment yang memberlakukan sistem pengurangan kepadatan karyawan dengan cara dua pekan kerja dan dua pekan libur guna mengurangi penyebaran virus corona, tentu hal ini berdampak pada menurunnya produksi sehingga perusahaan bisa mengalami kerugian yang berujung PHK.
-Sektor pariwisata dan penerbangan yang sepi penumpang dikarenakan adanya kebijakan social distancing, serta ritel non makanan yang sepi pengunjung.
Seperti yang sudah kita ketahui bahwa virus corona dapat menempel pada benda, uang adalah salah satunya.
Ini adalah alasan mengapa uang digital akan meningkat karena uang digital tidak bisa dipegang atau disentuh sehingga tidak akan menyebabkan terjadinya penularan virus, beda halnya dengan uang fisik (kertas dan logam) yang bisa dipegang dan tentu ini akan menyebabkan terjadinya penyebaran virus.
Nilai tukar dollar AS meningkat. Hal ini debabkan oleh banyak hal salah satunya adalah turunnya ekonomi negara China sehingga negara Indonesia terkena imbasnya karena negara kita pro terhadap negara China yang merupakan lawan perang dagang AS-China yang masih panas. Dan sekarang 1 dollar AS telah mencapai sekitar Rp. 16.466 (per 25 Maret).
Dari dampak negatif yang ditimbulkan oleh wabah ini ternyata ada sisi baiknya, yaitu meningkatnya daya beli barang lokal dikarenakan pemerintah sudah melarang barang import selama wabah ini masih berlangsung.